“Nalikane ing Tirtonadi, ngenteni tekane bis wayah wengi. Tanganmu tak kanthi, kowe ngucap janji, lungo mesti bali…”
Pernah mendengar kalimat di atas? Sebagian mungkin familiar, sebagian lagi mungkin tidak. Namun bagi pecinta musik campursari, bisa jadi lirik tersebut sangat familiar. Ya, itu adalah lirik lagu berjudul Tirtonadi yang dipopulerkan oleh penyanyi campursari asal Jawa Tengah, Didi Kempot.
Didi Kempot lahir di Solo, pada 31 Desember 1966. Bakat seninya diturunkan dari ayahnya yang merupakan pelawak ternama dari Kota Solo, Ranto Edi Gudel atau Mbah Ranto. Pria yang memiliki nama asli Didi Prasetyo ini adalah salah satu seniman asal kota Bengawan yang namanya melejit lewat lagu ‘Stasiun Balapan’. Popularitas luar biasa Didi disandingkan dengan maestro keroncong, Gesang, yang turut menjadi kebanggaan warga Kota Solo.
Banyak orang awam yang bertanya-tanya tentang nama Kempot di belakangnya. Setelah ditelusuri, Kempot adalah singkatan dari Kelompok Penyanyi Trotoar. Didi Kempot mengaku bahwa dirinya merupakan pengamen yang eksis di jalanan Yogyakarta pada tahun 1984 – 1989.
Kini pun banyak generasi muda yang juga menggemari Didi Kempot dan semua lagu-lagunya. Lagu yang dibawakan Didi Kempot memang membuat pendengarnya terbawa perasaan. Semua judul dan lirik lagu yang pernah ia bawakan memang mengandung mantra yang membuat pendengar seakan bernostalgia dengan kenangan masa lalu mereka.
Setelah sukses atas gelaran ke-10 Jazz Gunung Bromo dan Jazz Gunung Ijen pada tahun 2018 lalu, Pagelaran musik Jazz Gunung Bromo 2019 bakal kembali diselenggarakan pada tanggal 26 dan 27 Juli 2019.
Ada sejumlah musisi yang dijadwalkan akan tampil pada perhelatan jazz di Amfiteater Terbuka Jiwa Jawa Resort Bromo, Probolinggo, Jawa Timur. Salah satunya adalah sosok Didi Kempot yang akan hadir dengan nuansa yang berbeda di Jazz Gunung Bromo 2019 berkolaborasi dengan kehadiran Kelompok Ring of Fire Project yang dikomandoi oleh Djaduk Ferianto bersama Richard Hutapea.
Lalu apa jadinya jika sebuah pertunjukkan musik jazz dikombinasikan dengan musik campursari diselenggarakan di di alam terbuka, beratap langit biru, berlatar pemandangan alam yang indah, ditambah udara segar khas pegunungan. Mungkin sebagian dari kita masih ragu, bagaimana bisa? Tentunya sang “Bapak Patah Hati Nasional” Didi Kempot sudah punya jawaban bagaimana mewujudkan impian tersebut.
Jadi, apakah kalian sudah siap berdendang bersama di Jazz Gunung tahun ini ?
Discussion about this post