BLOK-A – Salah satu destinasi wisata terkenal di Jawa Timur adalah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kompleks pegunungan ini berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang.
Meski harus melewati jalanan yang berliku untuk ke sana, Gunung Bromo tetap memiliki daya pikat tersendiri. Banyak orang rela berangkat ke Bromo sedari subuh, bahkan ada juga yang mulai menuju ke sana dari tengah malam demi sebuah tujuan: mendapatkan view sunrise terbaik.
Terdapat beberapa spot untuk pengunjung yang ingin menikmati matahari terbit di Bromo: Bukit Cinta, Penanjakan, Bukit Mentigen, Pos Dingklik, Bukit Kingkong, dan Plaza Puncak Seruni Point. Cukup banyak spot, dan langganan dipenuhi oleh para wisatawan yang ingin menikmati pemandangan matahari terbit dan mengabadikan momen tersebut.
Hal tersebut sangat lumrah dilakukan para turis, mengingat banyaknya wisatawan berbondong-bondong datang ke Bromo – sehingga untuk bisa mendapatkan view sunrise di tempat terbaik pun mereka juga perlu antre, bahkan berdesak-desakan.
Tak sekadar memiliki pemandangan yang indah, Gunung Bromo dipercaya sebagai gunung suci bagi penduduk sekitar, atau yang disebut sebagai suku Tengger. Ada ritual khusus bagi penduduk setempat, yakni upacara Yadnya Kasada atau Kasodo yang bertempatkan di sebuah pura di bawah kaki Gunung Bromo.
Saat melintasi kawasan kompleks pegunungan Tengger, Pasir Berbisik yang dikelilingi lembah teletubbies adalah salah satu medan yang cukup menantang bagi pengunjung. Bayangkan saja, bagi pengunjung yang melintasi Pasir Berbisik dengan sepeda motor, tentu akan mengalami yang namanya “nyungsep” serta selip ban kendaraan beberapa kali.
Bagaimanapun, Gunung Bromo bagi penulis adalah warisan kekayaan alam dari masa lampau dan destinasi paling romantis di Jawa Timur. Banyak orang yang mendambakan untuk menikah di tempat ini. Atau tak usah jauh-jauh – melakukan foto pre-wedding di Pasir Berbisik maupun di spot lainnya di Bromo – turut menjadi wishlist kesekian bagi sebagian orang.
Bagi penulis juga, Gunung Bromo merupakan spot terbaik untuk menikmati pertunjukan musik.
Tentu kalian sudah familiar juga dengan gelaran konser Jazz Gunung Bromo. Konser yang digelar di amfiteater terbuka Jiwa Jawa Resort ini menyuguhkan pertunjukan musik dengan latar pemandangan kawasan Bromo – lengkap dengan sejuknya suhu udara (suhu udara yang bisa bikin tubuh membeku, lebih tepatnya), menawarkan suatu romantisme tersendiri.
Masih membekas di ingatan penulis saat menyaksikan Jazz Gunung Bromo 2019 lalu. Salah satu penampilan yang paling berkesan adalah almarhum Didi Kempot. Mendiang saat itu berkolaborasi dengan Ring of Fire Project – yang dimotori oleh mendiang Djaduk Ferianto. Lagu-lagu bergenre campursari milik Didi Kempot digubah ulang oleh Ring of Fire Project. Perpaduan jazz-campursari membuat lagu-lagu penyanyi yang meninggal pada 5 Mei lalu ini menghangatkan penonton Jazz Gunung saat itu.
Tahun ini kita tampaknya harus bersabar terlebih dulu. Dengan kondisi pagebluk yang belum juga berakhir, konser Jazz Gunung diundur ke tahun 2021.
Namun masih ada satu kabar yang dinanti-nantikan jamaah al-Jazziyah (sebutan penggemar Jazz Gunung). Yaitu konser offline Jazz Gunung Bromo 2020. Menurut kabar terakhir dari penyelenggara, konser dijadwalkan digelar pada 5 Desember mendatang.
Tapi sekali lagi, belum ada informasi lebih lanjut terkait kepastian jadwal konser tersebut. Entah apakah akan tetap diadakan pada tanggal tersebut, atau diundur. Mari kita nantikan kabar selanjutnya.
Tidak sabar untuk mendengar kabar terbaru Jazz Gunung Bromo 2020? Sebagai pemanasan, nostalgia saja dulu dengan konser pada tahun-tahun yang lalu – jika Anda sempat mengabadikannya.
Sampai jumpa di rangkaian konser Jazz Gunung mendatang.
Discussion about this post