BLOK-A – Di balik gelaran Jazz Gunung Bromo dan Jazz Gunung Ijen, ada sejumlah nama yang punya peran besar. Djaduk Ferianto, seniman yang meninggal dunia pagi ini, menjadi salah satu penggagasnya.
Minggu (27/7) lalu, Sigit Pramono, penggagas Jazz Gunung lainnya sempat menceritakan asam garam yang ia lalui bersama Djaduk saat mengawali perhelatan di alam itu. Salah satunya adalah sulitnya menggaet musisi.
Tak mudah mencari musisi yang mau menyanyi di suhu mendekati titik beku. “Awal-awal dulu kita rayu dan bingung siapa yang mau tampil. Tapi lambat laun saat ini malah banyak musisi yang ingin tampil di sini,” cerita Sigit.
Pada gelaran Jazz Gunung 2019 Djaduk justru kewalahan saat melakukan kurasi musisi. Sebab, belakangan genre musik sudah lebih bervariasi.
Meski menjadi penggagas, Djaduk juga ikut aktif manggung di Jazz Gunung.
Harusnya, dia juga bakal tampil lagi di Jazz Gunung 2020. Namun, adik seniman Butet Kartaredjasa itu meninggal pagi ini (13/11) karena serangan jantung. Misa kematiannya akam dilakukan jam 12.00 di Padepokan Seni Bagong Kusudiardjo, Desa Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul.
Discussion about this post