PROBOLINGGO – Ada yang menarik di area gelaran Jazz Gunung Bromo siang ini (27/7). Seorang pria berusia 62 tahun tampak berkeliling di area Jiwa Jawa Resort. Memakai kaos singlet polos bertuliskan nama dan nomor telepon yang tampak ditulis dengan tangan, pria tersebut berkeliling di area Jiwa Jawa sembari menenteng kursi kayu kecil. Berkali-kali ia berhenti diantara tamu untuk sejenak kemudian memijat mereka dengan gerakan jari yang enerjik dan lincah.
Pria yang bernama Mr. Wandri itu memang sengaja menawarkan jasa pijat kepada para pengunjung Jazz Gunung Bromo 2019. Namun, alih-alih memasang tarif, Wandri justru menolak dengan halus ketika beberapa jurnalis membayar usai menikmati pijat selama kurang lebih 10 menit. Pria ramah ini mengaku, sengaja berkeliling menawarkan jasa pijat secara sukarela setiap Sabtu dan Minggu kepada pengunjung Bromo.
“Ya setiap Sabtu Minggu itu saya keliling. Nggak pasang tarif saya sukarela aja. Kalau dikasih ya alhamdulillah, kalau nggak ya itu ladang amal saya,” ceritanya pada radarmalang.id sembari terus memijat.
Keseharian pria asal Sukapura itu selain menjadi tukang pijat dan bercocok tananam. Ia membuka jasa pijat di rumahnya pun juga tak pasang tarif. Biasanya di rumah, ia mengaku sering memijat petani dan buruh yang pegal-pegal. Sudah 20 tahun ia membuka jasa pijat ini.
“Ya awalnya kasihan lihat orang-orang yang ke Bromo ini capek tapi pijat di hotel kan mahal. Ya saya sukarela membantu. Termasuk petani itu kan kasihan kalau pegal-pegal masa dikasih tarif,” ungkapnya.
Ia mengatakan penghasilannya dari jasa pijat pun tak pasti. Karena beberapa pengunjung banyak yang menolak saat ditawari jasanya. Namun ketima ramai seperti saat perhelatan Jazz Gunung Bromo ini ia bisa memijat 20-30 orang per hari.
“Kalau yang kaya ya nggak masalah pakai jasa pijat mahal dari hotel. Lha kalau yang nggak punya uang kan kasihan. Badan capek tapi nggak bisa pijat,” jelas pria yang mengaku telah memiliki banyak pelanggan termasuk dari kalangan tamu mancanegara.
Discussion about this post