Konser musik di Gunung Bromo itu beda dengan konser lainnya karena digelar di alam terbuka. "Enggak bisa lupa dari Jazz Gunung, bayangkan kita menyanyi dan menonton Jazz dengan suhu 8 derajat celicius. Itu benar-benar ada di Jazz Gunung," ujarnya di Menara BCA, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (5/6) sore.
Menurutnya pengalaman menyaksikan Jazz Gunung tidak akan bisa lupa sampai kapan pun, meskipun menonton hanya satu kali. Terlebih tempat konser adalah Gunung Bromo salah satu titik matahari terbit terbaik di dunia.
"Nonton jazz plus dapat udara bersih, dekat dengan alam dan masih banyak plus-plus lainnya. Pengalaman nonton Jazz Gunung itu garansi seumur hidup," lanjut penyanyi kelahiran Batu, Jawa Timur, 42 tahun lalu ini.
Untuk menghibur di Jazz Gunung, diakuinya perlu 'sedikit pemanasan' agar tampil prima. Terlebih suhu yang sangat dingin dipastikan akan memberikan dampak pada suara serak-serak basahnya.
Penyanyi yang pernah menggelar konser tunggal di Taman Ismail Marzuki ini akan membawakan sejumlah lagu dari albumnnya sendiri di Jazz Gunung. Serta sejumlah lagu jazz standar yang sudah dikenal oleh masyarakat.
"Kalau persiapan yang berat sih enggak ada, hanya pemanasan biasa. Itu buat olah vokal karena udara dingin, suhu drop bisa berpengaruh, beberapa lagu juga saya aransemen dengan grup Queen Fireworks," tutup Syaharani.