PROBOLINGGO – Jazz Gunung Bromo yang digelar di Jiwa Jawa Resort sejak kemarin hingga hari ini (27/7) mengundang banyak pertanyaan. Salah satunya tentang konsep konser yang dihelat diketinggian lebih dari 2000 mdpl. Ngapain sih nonton konser Jazz di tempat yang dingin-dingin itu sebenarnya buat apa sih?
Pria yang hobi memotret itu menjelaskan bahwa Jazz Gunung Indonesia ia gagas untuk membuat suasana menikmati konser jazz yang berbeda dan menciptakan hubungan segitiga.
“Yakni hubungan segitiga antara penonton, musisi, dan alam. Selama ini kan kalau di dalam ruangan hanya diam ya nonton konser jazz seperti pada umumnya,” ungkap dia.
Sementara ketika melakukan konser di kondisi yang tinggi dan dingin maka akan ada tantangan tersendiri. Ada keterkaitan antara alam, musisi dan penonton. Ia mencontohkan, musisi dalam Jazz Gunung harus mempersiapkan diri untuk tampil di kondisi cuaca yang sangat dingin. Tentunya tak mudah melakukan vokal atau sekadar memantik senar gitar dalam keadaan dingin.
“Untuk mengatur tata suara sound pun tak mudah. Banyak pastinya kendala sound merespon angin dan hal lain yang menjadi masalah,” sambung Sigit.
Penonton pun jika disuguhkan musik di suasana dingin tak sekadar menikmati musik. Tapi juga menikmati keindahan alam. Suasananya yang dingin dengan musik jazz yang mengalun tak jarang membuat para penonton bergoyang.
“Nah mereka kan jadinya joget, selain karena sangat asyik juga biar hangat dibuat gerak. Nggak kayak musik jazz tertutup yang diam aja,” ungkapnya.
Ke depan, Sigit berharap gelaran Jazz Gunung Indonesia tak hanya diadakan di Gunung Bromo dan Ijen namun juga gunung di belahan Indonesia yang lain.
“Jazz gunung ini ditonton 2000 orang. Sangat berpengaruh terhadap pariwisata. Jadi sangat bagus kalau bisa dikembangkan di gunung lain,” tutupnya.
Discussion about this post